Liburan Anti Mainstream: Korea di Musim Hujan? Kenapa Nggak!

Liburan Saat Musim Hujan di Korea

Liburan Anti Mainstream: Korea di Musim Hujan? Kenapa Nggak!

Gue akui, ide liburan ke Korea pas musim hujan (Jangma) itu awalnya terdengar kayak ide nekat ala-ala YouTuber yang ke Antartika demi konten. Bayangin aja: hujan deras setiap hari, langit mendung permanen, dan kelembapan yang bikin rambut lo kayak abis dicelup minyak goreng. Tapi, somehow, ide gila ini terus menghantui pikiran gue. Kenapa? Karena gue bosen sama itinerary Korea yang gitu-gitu aja: Namsan Tower, Myeongdong, Istana Gyeongbokgung yang dipenuhi turis. Gue pengen sesuatu yang beda, yang raw, yang… becek.

Jadi, dengan berbekal raincoat murahan, payung lipat Hello Kitty (jangan tanya kenapa), dan mental "bodo amat yang penting happy", gue memberanikan diri terbang ke Seoul pas pertengahan Juli. Dan hasilnya? Well, siap-siap aja denger curhatan gue yang campur aduk antara seru, kesel, dan… surprise.

Sebelum Berangkat: Riset, Riset, dan... Riset Receh


Sebelum Berangkat: Riset, Riset, dan... Riset Receh

Sebelum nyemplung ke kolam hujan Korea, gue tentu aja riset. Gue googling "liburan di Korea saat musim hujan", dan hasilnya bikin gue pengen langsung cancel tiket. Artikel-artikelnya kebanyakan isinya peringatan: "Jangan pergi!", "Bawa payung besar!", "Siapkan mental!" Gue jadi merasa kayak mau berangkat perang, bukan liburan.

Tapi, di antara tumpukan artikel pesimis itu, ada beberapa yang kasih hint menarik. Katanya, musim hujan itu justru saat yang tepat buat menikmati sisi Korea yang lebih tenang, lebih authentic. Lebih murah juga, karena turisnya nggak sebanyak pas musim semi atau gugur. Oke, gue tertarik.

Selain riset di internet, gue juga nanya ke temen-temen yang pernah ke Korea pas musim hujan. Jawabannya bervariasi, ada yang bilang "Jangan harap bisa foto OOTD bagus," ada juga yang bilang, "Justru seru! Lebih sepi, bisa nikmatin kuah odeng panas-panas sambil dengerin rintik hujan." Dari sini, gue belajar satu hal: expect the unexpected.

Yang paling penting dari riset gue adalah nyari tahu do's and don'ts pas musim hujan di Korea. Misalnya:

Bawa perlengkapan perang: Raincoat yang beneran waterproof (bukan cuma fashionable), payung yang kuat (jangan yang gampang kebalik kena angin), sepatu anti air (atau sandal gunung yang siap basah-basahan), dan powerbank (buat ngecas HP yang cepet abis karena GPS). Cek ramalan cuaca: Aplikasi cuaca itu sahabat terbaik lo pas musim hujan. Jangan cuma ngandelin ramalan cuaca di TV, karena seringnya meleset. Siapin itinerary alternatif: Jangan terpaku sama rencana awal. Musim hujan itu unpredictable. Siapin plan B, C, bahkan D. Jangan lupa asuransi perjalanan: Ini penting banget! Siapa tahu lo kepeleset di jalan, sakit karena kedinginan, atau ketinggalan kereta karena banjir.

Setelah semua persiapan beres, gue pun berangkat dengan hati dag-dig-dug. Jujur aja, gue nggak tahu apa yang menanti gue di sana. Tapi, gue siap menghadapi segala kemungkinan.

Hari Pertama: Seoul, Hujan, dan Kejutan Budaya


Hari Pertama: Seoul, Hujan, dan Kejutan Budaya

Begitu pesawat mendarat di Incheon International Airport, gue langsung disambut dengan awan gelap dan gerimis manja. "Welcome to Korea, mate," gumam gue sambil menarik napas dalam-dalam. Udara Seoul terasa lembap dan dingin, jauh berbeda dengan Jakarta yang panas dan kering.

Gue langsung menuju penginapan gue di daerah Hongdae. Gue sengaja milih Hongdae karena lokasinya strategis, deket sama stasiun kereta dan banyak tempat makan enak. Plus, Hongdae terkenal dengan suasana anak mudanya yang vibrant dan artsy.

Setelah naruh koper dan ganti baju, gue langsung keluar buat nyari makan. Gue pengen nyobain street food Korea yang legendaris: tteokbokki, odeng, dan kimbap. Tapi, begitu gue keluar dari penginapan, gue langsung dihadang sama hujan deras. Damn it!

Gue pun terpaksa berteduh di minimarket terdekat. Sambil nunggu hujannya reda, gue beli kopi kaleng dan ngamatin orang-orang yang lalu lalang. Gue perhatiin, hampir semua orang bawa payung atau raincoat. Bahkan, ada beberapa orang yang pakai sepatu boots karet. Gue merasa kayak ikan yang baru keluar dari air.

Setelah sekitar setengah jam, hujannya agak reda. Gue pun memberanikan diri keluar dari minimarket dan mulai menjelajahi Hongdae. Tapi, baru beberapa langkah, gue udah basah kuyup. Raincoat gue ternyata nggak se-waterproof yang gue kira. Sepatu gue juga mulai kemasukan air. Great!

Meskipun basah kuyup, gue tetep semangat nyari street food. Akhirnya, gue nemu gerobak tteokbokki yang rame banget. Gue langsung ngantri dan mesen seporsi tteokbokki pedas. Begitu nyobain tteokbokkinya, gue langsung lupa sama dingin dan basah. Rasanya pedas, manis, dan gurih, bikin nagih banget!

Sambil makan tteokbokki, gue ngamatin interaksi antara penjual dan pembeli. Gue perhatiin, orang Korea itu ramah dan sopan banget. Meskipun sibuk, mereka tetep sempet senyum dan ngucapin terima kasih. Gue juga perhatiin, orang Korea itu jago banget makan tteokbokki. Mereka bisa makan tteokbokki tanpa belepotan sama sekali. Sementara gue? Udah kayak anak kecil yang baru belajar makan.

Setelah kenyang makan tteokbokki, gue lanjut jalan-jalan di Hongdae. Gue masuk ke toko-toko baju, toko kosmetik, dan toko aksesoris yang lucu-lucu. Gue juga sempet ngeliat beberapa street performance yang keren banget. Meskipun hujan, suasana di Hongdae tetep hidup dan energetic.

Di tengah keramaian Hongdae, gue ngalamin kejadian yang agak absurd. Waktu gue lagi ngeliat-liat baju di sebuah toko, tiba-tiba ada seorang ahjumma (sebutan untuk wanita paruh baya di Korea) nyamperin gue dan ngasih gue permen. Gue kaget banget, tapi gue tetep nerima permennya sambil ngucapin terima kasih.

Setelah itu, si ahjumma itu mulai ngobrol sama gue. Dia nanya gue dari mana, udah berapa lama di Korea, dan apa aja yang udah gue lakuin. Gue jawab semua pertanyaannya dengan ramah. Ternyata, si ahjumma itu tertarik sama gue karena gue orang asing yang berani liburan ke Korea pas musim hujan. Dia bilang, gue orangnya unik dan berani.

Setelah ngobrol cukup lama, si ahjumma itu pamit. Dia bilang, dia seneng banget bisa ketemu sama gue. Gue juga seneng banget bisa ketemu sama dia. Meskipun cuma sebentar, interaksi gue sama si ahjumma itu bikin gue ngerasa diterima dan dihargai di Korea.

Dari kejadian ini, gue belajar satu hal: orang Korea itu ramah dan suka membantu. Mereka nggak segan-segan nyamperin orang asing dan ngobrol sama mereka. Mereka juga suka ngasih hadiah atau makanan ke orang asing sebagai bentuk keramahan.

Meskipun hari pertama gue di Seoul diwarnai dengan hujan dan basah kuyup, gue tetep ngerasa seneng dan puas. Gue udah nyobain makanan enak, ngeliat pemandangan yang indah, dan ketemu sama orang-orang yang ramah. Gue nggak sabar buat menjelajahi Korea lebih jauh lagi.

Hari Kedua: Istana di Balik Kabut dan Pelajaran Sejarah yang Menyegarkan


Hari Kedua: Istana di Balik Kabut dan Pelajaran Sejarah yang Menyegarkan

Hari kedua, gue memutuskan untuk mengunjungi salah satu istana bersejarah di Seoul. Gue bingung mau pilih istana yang mana, karena semuanya bagus-bagus. Akhirnya, gue milih Istana Changdeokgung karena istana ini terkenal dengan Secret Garden-nya yang indah.

Seperti hari sebelumnya, gue disambut dengan hujan deras begitu keluar dari penginapan. Gue menghela napas panjang dan memakai raincoat gue lagi. Gue udah mulai terbiasa dengan cuaca hujan di Korea.

Gue naik kereta ke stasiun Anguk dan jalan kaki ke Istana Changdeokgung. Begitu sampe di depan istana, gue langsung terpukau dengan keindahan arsitekturnya. Meskipun cuacanya mendung, istana ini tetep terlihat megah dan mempesona.

Gue beli tiket masuk dan mulai menjelajahi istana. Gue jalan-jalan di halaman istana, ngeliat bangunan-bangunan bersejarah, dan belajar tentang sejarah Korea. Gue juga sempet ngeliat beberapa turis yang pakai hanbok (pakaian tradisional Korea) dan berfoto-foto di depan istana.

Salah satu hal yang paling menarik perhatian gue adalah Secret Garden. Secret Garden adalah taman yang terletak di belakang istana. Taman ini terkenal dengan keindahan alamnya yang alami dan damai.

Untuk masuk ke Secret Garden, gue harus ikut tur yang dipandu oleh seorang guide. Guide-nya ngejelasin tentang sejarah Secret Garden, tanaman-tanaman yang tumbuh di sana, dan bangunan-bangunan yang ada di dalam taman.

Gue kagum banget sama keindahan Secret Garden. Taman ini penuh dengan pepohonan yang rindang, danau yang tenang, dan bangunan-bangunan yang unik. Gue ngerasa kayak lagi masuk ke dunia lain.

Meskipun cuacanya hujan, Secret Garden tetep terlihat indah. Hujan justru bikin taman ini terlihat lebih segar dan alami. Gue bisa ngerasain ketenangan dan kedamaian di Secret Garden.

Sambil jalan-jalan di Secret Garden, gue merenung tentang sejarah Korea. Gue belajar tentang raja-raja yang pernah memerintah Korea, perang-perang yang pernah terjadi, dan budaya yang unik. Gue ngerasa lebih menghargai sejarah dan budaya Korea setelah mengunjungi Istana Changdeokgung dan Secret Garden.

Setelah selesai menjelajahi Istana Changdeokgung dan Secret Garden, gue memutuskan untuk makan siang di daerah Insadong. Insadong adalah daerah yang terkenal dengan toko-toko kerajinan tangan tradisional Korea.

Gue nyari restoran yang jual bibimbap (nasi campur Korea) dan mesen seporsi bibimbap panas. Bibimbapnya enak banget! Nasinya pulen, sayurannya segar, dan dagingnya empuk. Gue makan bibimbap sambil ngeliatin orang-orang yang lalu lalang di Insadong.

Setelah kenyang makan bibimbap, gue belanja oleh-oleh di Insadong. Gue beli gantungan kunci, magnet kulkas, dan kaos bergambar karakter kartun Korea. Gue juga sempet nyobain teh tradisional Korea di sebuah kedai teh kecil.

Di Insadong, gue ketemu sama seorang nenek yang jual kerajinan tangan di pinggir jalan. Nenek itu ramah banget dan suka ngobrol sama gue. Dia cerita tentang hidupnya, keluarganya, dan pekerjaannya. Gue dengerin ceritanya dengan seksama.

Dari nenek itu, gue belajar tentang kerja keras dan ketekunan. Nenek itu udah jualan kerajinan tangan selama puluhan tahun. Meskipun penghasilannya nggak seberapa, dia tetep semangat dan bahagia. Gue terinspirasi sama semangatnya.

Sebelum pamit, gue beli beberapa kerajinan tangan dari nenek itu. Gue pengen ngasih dukungan ke dia dan menghargai hasil karyanya. Nenek itu seneng banget dan ngucapin terima kasih berkali-kali.

Hari kedua gue di Seoul diwarnai dengan sejarah, budaya, dan keramahan. Gue udah belajar banyak tentang Korea dan ketemu sama orang-orang yang inspiratif. Gue ngerasa lebih dekat sama Korea setelah menghabiskan waktu di Istana Changdeokgung, Secret Garden, dan Insadong.

Tips Tambahan: Survive di Korea Saat Musim Hujan


Tips Tambahan: Survive di Korea Saat Musim Hujan

Selain cerita di atas, gue pengen bagiin beberapa tips tambahan buat lo yang berencana liburan ke Korea pas musim hujan:

Bawa tas anti air: Buat nyimpen barang-barang berharga lo biar nggak basah. Beli humidifier portable: Buat ngejaga kelembapan udara di kamar penginapan lo. Jangan lupa bawa obat-obatan pribadi: Siapa tahu lo sakit karena kedinginan. Pelajari beberapa frasa bahasa Korea dasar: Biar lo lebih gampang berkomunikasi sama orang Korea. Jangan takut buat mencoba hal-hal baru: Liburan itu waktunya buat bereksplorasi dan keluar dari zona nyaman lo.

Kesimpulan: Korea di Musim Hujan? Why Not!


Kesimpulan: Korea di Musim Hujan? Why Not!

Liburan ke Korea pas musim hujan itu emang bukan pilihan yang populer. Tapi, buat gue, ini adalah pengalaman yang nggak terlupakan. Gue udah ngeliat sisi Korea yang beda, yang lebih tenang, lebih authentic. Gue udah belajar banyak tentang sejarah, budaya, dan orang-orangnya. Dan yang paling penting, gue udah ngebuktiin bahwa liburan itu nggak harus selalu sempurna. Yang penting adalah bagaimana kita bisa menikmati setiap momen dan belajar dari setiap pengalaman.

Jadi, buat lo yang bosen sama itinerary Korea yang mainstream, gue saranin buat nyobain liburan ke Korea pas musim hujan. Siapa tahu lo juga bakal nemuin kejutan-kejutan yang nggak terduga. Asal lo siap dengan perlengkapan yang tepat dan mental yang kuat, gue yakin lo bakal punya pengalaman liburan yang seru dan berkesan.

Annyeong! Sampai jumpa di petualangan gue selanjutnya!

Posting Komentar untuk "Liburan Anti Mainstream: Korea di Musim Hujan? Kenapa Nggak!"