Solo Traveling: Drama Korea di Dunia Nyata (Tanpa Oppa!)

Solo Traveling: Drama Korea di Dunia Nyata (Tanpa Oppa!)
Gue, si anak bawang yang bosen sama macetnya Jakarta, memutuskan untuk kabur sejenak ke Korea Selatan. Bukan karena terobsesi sama K-Pop atau drama Korea yang bikin baper (walaupun sedikit sih, guilty pleasure), tapi lebih karena pengen ngerasain sendiri sensasi jadi solo traveler di negeri ginseng. Sendirian, tanpa itinerary ketat, bebas ngapain aja, dan yang paling penting: bisa makan kimchi sepuasnya tanpa ada yang ngomel.
Persiapan? Standar sih. Visa (untungnya nggak ribet), tiket pesawat (buru-buru beli pas promo biar nggak jebol kantong), dan sedikit riset tentang tempat-tempat instagramable di Seoul. Nggak lupa, gue juga download aplikasi terjemahan biar nggak nyasar pas mau pesen makanan atau nanya arah. Gue pikir, "Ah, Korea mah aman. Bahasa Inggris pasti lancaar." Spoiler alert: Gue salah besar.
Landing di Incheon: Mitos Bahasa Inggris dan Kejutan Budaya
Begitu kaki gue menginjak Incheon International Airport, gue langsung disambut sama angin dingin menusuk tulang. Maklum, gue dateng pas musim gugur. Tapi bukan cuma itu yang bikin gue kaget. Gue langsung mencoba kemampuan bahasa Inggris gue, bertanya kepada petugas bandara. Jawabannya? Senyum ramah sambil geleng-geleng kepala. Okay, gue mulai panik.
Gue coba lagi, kali ini sama petugas informasi. Hasilnya sama aja. Gue mulai merasa seperti orang bego yang nyasar ke planet lain. Untungnya, ada seorang ahjussi (panggilan untuk bapak-bapak di Korea) yang dengan sabar berusaha ngasih gue petunjuk arah pake bahasa tarzan dan gerakan tangan. Gue pun akhirnya berhasil nemuin shuttle bus ke hostel gue di Hongdae. Fiuh!
Hongdae: Surganya Anak Muda dan Street Food Gila-Gilaan
Hongdae itu kayak Jakarta versi Korea, tapi lebih bersih dan lebih banyak cowok ganteng (maaf, ini opini subjektif). Jalanannya penuh sama anak muda yang stylish, toko-toko baju lucu, kafe-kafe unik, dan yang paling penting: street food! Dari tteokbokki pedas yang bikin bibir dower sampe hotteok manis yang meleleh di mulut, semuanya bikin gue kalap.
Gue nyobain semuanya! Sampe perut gue udah kayak balon mau meledak. Saking kalapnya, gue sampe lupa diri dan beli banyak banget makanan yang akhirnya nggak habis. Gue nyesel banget, tapi ya sudahlah. Yang penting udah nyobain kan?
Malam harinya, gue jalan-jalan di sekitar Hongdae dan nemuin banyak banget pertunjukan jalanan. Ada yang nyanyi, ada yang nari, ada yang main musik. Suasananya bener-bener hidup dan bikin gue pengen ikutan joged. Tapi gue sadar diri, kemampuan dance gue nggak se-keren mereka. Jadi, gue cukup menikmati aja sambil ngunyah odeng (fish cake rebus).
Gyeongbokgung Palace: Jadi Putri Korea KW
Sebagai solo traveler yang budiman, gue nggak mau melewatkan kesempatan untuk mengunjungi istana-istana megah di Seoul. Gue pun memutuskan untuk pergi ke Gyeongbokgung Palace, istana terbesar dan terindah di Seoul.
Sebelum masuk ke istana, gue nyewa hanbok (pakaian tradisional Korea) di salah satu toko penyewaan di sekitar istana. Harganya lumayan, tapi gue pikir ini adalah pengalaman sekali seumur hidup. Lagian, foto-foto pake hanbok di depan istana pasti instagramable banget.
Begitu gue keluar dari toko dengan hanbok yang berkibar-kibar, gue langsung jadi pusat perhatian. Banyak orang yang minta foto bareng gue. Gue merasa seperti putri Korea dadakan! Gue pun dengan senang hati melayani semua permintaan foto tersebut. Lumayan, jadi terkenal sekejap.
Gue jalan-jalan di sekitar istana sambil berpose ala-ala putri kerajaan. Istana ini bener-bener megah dan indah. Arsitekturnya klasik dan detail banget. Gue jadi ngebayangin gimana rasanya hidup di istana pada zaman dahulu. Pasti seru, tapi juga banyak dramanya.
Namsan Tower: Cinta-Cintaan Ala Drama Korea
Nggak afdol rasanya kalo ke Seoul tanpa mengunjungi Namsan Tower. Menara ikonik ini sering muncul di drama-drama Korea dan menjadi tempat favorit untuk pasangan yang lagi kasmaran. Gue? Ya tetep sendiri. Tapi nggak masalah, gue tetep semangat!
Gue naik cable car ke atas Namsan Tower. Pemandangannya dari atas bener-bener keren. Gue bisa melihat seluruh kota Seoul dari ketinggian. Di atas menara, gue nemuin banyak banget gembok cinta yang dipasang oleh pasangan-pasangan. Gue jadi pengen ikutan masang gembok, tapi sama siapa? Akhirnya, gue cuma foto-foto aja.
Gue sempet iseng baca beberapa tulisan di gembok-gembok tersebut. Ada yang nulis nama mereka berdua, ada yang nulis tanggal jadian, ada juga yang nulis pesan-pesan cinta yang bikin gue mual (lebay). Gue jadi bertanya-tanya, apakah semua cinta itu abadi? Atau cuma bertahan selama gemboknya nggak berkarat?
Itaewon: Bertemu Teman Baru (dan Kejadian Absurd)
Itaewon adalah distrik internasional di Seoul. Di sini, gue bisa nemuin berbagai macam restoran, bar, dan toko yang menjual barang-barang dari seluruh dunia. Gue memutuskan untuk pergi ke Itaewon karena pengen nyobain makanan India yang udah lama gue idam-idamkan.
Setelah kenyang makan kari dan naan, gue mampir ke sebuah bar di Itaewon. Di sana, gue ketemu sama beberapa turis dari berbagai negara. Kita ngobrol-ngobrol tentang pengalaman traveling kita masing-masing. Ternyata, ada juga yang solo traveler kayak gue.
Salah satu dari mereka, seorang cewek asal Amerika, cerita tentang pengalamannya nyasar di pedesaan Korea. Dia bilang, dia naik bus yang salah dan akhirnya sampe di sebuah desa yang nggak ada di peta. Dia sempet panik, tapi akhirnya dia ditolong sama seorang nenek yang baik hati. Nenek itu ngasih dia makan dan nginap semalam di rumahnya. Keesokan harinya, nenek itu nganterin dia ke stasiun bus terdekat.
Gue takjub banget sama cerita cewek itu. Dia bilang, pengalaman itu adalah salah satu pengalaman terbaik dalam hidupnya. Dia belajar banyak tentang keramahan dan kebaikan hati orang Korea.
Gue juga punya cerita absurd sendiri di Itaewon. Waktu lagi jalan-jalan, tiba-tiba ada seorang ahjussi yang nyamperin gue. Dia ngajak gue ngobrol pake bahasa Korea yang gue nggak ngerti sama sekali. Gue udah coba jelasin kalo gue nggak ngerti bahasa Korea, tapi dia tetep aja ngomong. Akhirnya, gue cuma senyum-senyum aja sambil ngangguk-ngangguk. Dia kayaknya seneng banget dan ngasih gue permen sebelum pergi. Gue bingung, tapi ya sudahlah. Mungkin dia lagi iseng aja.
Belajar dari Pengalaman: Lebih dari Sekadar Liburan
Solo traveling ke Korea Selatan bukan cuma sekadar liburan buat gue. Ini adalah pengalaman yang membuka mata gue tentang banyak hal. Gue belajar tentang budaya yang berbeda, tentang bahasa yang asing, dan tentang orang-orang yang ramah. Gue juga belajar tentang diri gue sendiri. Gue belajar untuk mandiri, untuk berani mengambil risiko, dan untuk menikmati kesendirian.
Gue sadar, solo traveling nggak selalu mudah. Ada saat-saat di mana gue merasa kesepian, ada saat-saat di mana gue merasa bingung, dan ada saat-saat di mana gue merasa frustrasi. Tapi semua itu adalah bagian dari proses. Semua itu adalah pelajaran yang berharga.
Yang paling penting, gue belajar bahwa dunia ini penuh dengan kejutan. Ada hal-hal yang nggak bisa gue prediksi, ada hal-hal yang nggak bisa gue kontrol. Tapi gue harus tetep terbuka dan menerima semua itu. Gue harus tetep berani dan menjelajahi dunia.
Tips untuk Para Solo Traveler yang Mau ke Korea Selatan:
Pelajari sedikit bahasa Korea. Minimal bisa baca hangeul (huruf Korea) dan beberapa frasa dasar seperti "annyeonghaseyo" (halo), "kamsahamnida" (terima kasih), dan "eotteoke jinaeseyo?" (apa kabar?). Ini bakal sangat membantu saat lo mau pesen makanan, nanya arah, atau sekadar ngobrol sama orang lokal. Download aplikasi terjemahan. Google Translate atau Papago adalah penyelamat hidup. Pastiin lo punya koneksi internet yang stabil biar bisa gunain aplikasi ini dengan lancar. Bawa kartu T-money. Ini adalah kartu transportasi yang bisa lo gunain untuk naik subway, bus, dan taksi. Kartu ini bisa diisi ulang di stasiun subway atau minimarket. Siapkan adaptor colokan. Colokan di Korea Selatan beda sama colokan di Indonesia. Jadi, jangan lupa bawa adaptor biar lo bisa nge-charge gadget lo. Jangan takut nyasar. Nyasar itu bagian dari petualangan. Justru dengan nyasar, lo bisa nemuin tempat-tempat tersembunyi yang nggak ada di peta. Jangan ragu untuk bertanya. Orang Korea ramah-ramah kok. Kalo lo bingung atau butuh bantuan, jangan ragu untuk bertanya sama mereka. Walaupun mereka nggak bisa bahasa Inggris, mereka pasti berusaha buat nolongin lo. Cicipi semua makanan. Kuliner Korea itu surga dunia. Jangan cuma makan kimchi dan bibimbap. Coba juga makanan-makanan lain yang mungkin belum pernah lo denger. Nikmati setiap momen. Solo traveling itu kesempatan emas buat lo untuk mengenal diri sendiri dan menjelajahi dunia. Jadi, nikmati setiap momen yang lo alami. Jangan terlalu terpaku sama itinerary atau rencana yang udah lo buat. Biarkan diri lo mengalir dan menikmati semua kejutan yang ada. Buka hati dan pikiran. Jangan menilai orang atau budaya lain berdasarkan prasangka. Cobalah untuk memahami sudut pandang mereka dan menghargai perbedaan yang ada.
Kesimpulan: Balik Lagi, Pasti!
Solo traveling ke Korea Selatan adalah pengalaman yang nggak bakal gue lupain seumur hidup. Gue belajar banyak hal, ketemu banyak orang, dan ngalamin banyak kejadian absurd. Gue jadi lebih percaya diri, lebih mandiri, dan lebih terbuka terhadap dunia.
Gue pasti bakal balik lagi ke Korea Selatan suatu hari nanti. Masih banyak tempat yang belum gue kunjungi, masih banyak makanan yang belum gue coba, dan masih banyak orang yang belum gue temui. Siapa tau, pas balik lagi, gue bisa ketemu sama oppa ganteng yang bakal nemenin gue masang gembok cinta di Namsan Tower. Hehehe. Kidding! (Nggak juga sih).
Intinya, buat lo yang lagi mempertimbangkan buat solo traveling ke Korea Selatan, gue cuma bisa bilang: DO IT! Lo nggak bakal nyesel. Ini adalah pengalaman yang bakal mengubah hidup lo. Dijamin! Asal jangan lupa bawa power bank dan mental yang kuat ya! Selamat berpetualang!
Posting Komentar untuk "Solo Traveling: Drama Korea di Dunia Nyata (Tanpa Oppa!)"
Posting Komentar