Nyasar Asyik di Jeonju Hanok Village: Lebih dari Sekadar Foto Instagramable!

Jelajahi Desa Tradisional Jeonju

Nyasar Asyik di Jeonju Hanok Village: Lebih dari Sekadar Foto Instagramable!


Nyasar Asyik di Jeonju Hanok Village: Lebih dari Sekadar Foto Instagramable!

Gue, dengan segala kekurangpersiapan ala backpacker kere hore, akhirnya mendarat juga di Jeonju. Kota ini terkenal banget sama Hanok Village-nya, alias perkampungan tradisional Korea yang bangunannya masih kece abis kayak di drama-drama saeguk. Jujur aja, awalnya gue agak skeptis. Takutnya cuma jadi tempat wisata yang over-komersil, isinya cuma jualan souvenir mahal dan orang-orang sibuk foto OOTD doang. Tapi, boy oh boy, Jeonju Hanok Village berhasil bikin gue jatuh cinta!

Sebelum berangkat, gue sempet googling dikit tentang Jeonju. Katanya, ini kota gastronomi UNESCO, pusatnya kuliner Korea yang otentik. Hmm, menarik. Selain Hanok Village yang instagramable itu, gue jadi penasaran sama makanannya juga. Bayangan bibimbap, tteokgalbi, dan makgeolli langsung menari-nari di kepala. Fix, ini harus jadi perjalanan kuliner yang epic!

Persiapan ala Kadarnya: Yang Penting Hedon!

Persiapan gue standar anak kos akhir bulan: minim budget, maksimal gaya. Beli tiket bus dari Seoul (lumayan ngirit daripada naik KTX), booking guesthouse yang harganya masih masuk akal (walaupun reviewnya bilang kamar mandinya kadang bau kimchi – whatever!), dan download peta offline. Udah gitu aja. Yang penting ada kamera buat foto-foto, dompet buat jajan, dan perut kosong buat menampung segala macam makanan enak.

Sampe di Jeonju, gue langsung disambut sama suasana yang beda dari Seoul yang modern dan serba cepat. Di sini, udaranya lebih sejuk, jalannya lebih santai, dan orang-orangnya lebih ramah (atau mungkin cuma karena muka gue keliatan kayak turis lost in translation?). Dari terminal bus, gue naik taksi ke guesthouse. Supirnya ngomongnya cepet banget kayak kereta api, untung gue udah nyiapin alamat yang ditulis pake huruf Hangul.

Guesthouse Ajaib: Bau Kimchi dan Cerita Hantu?

Guesthouse gue ternyata lokasinya strategis banget, cuma beberapa langkah dari pintu masuk Hanok Village. Bangunannya juga kece abis, hanok beneran! Tapi, beneran deh, pas masuk kamar, langsung kecium aroma kimchi yang menusuk hidung. Ya sudahlah, namanya juga backpacker, harus tahan banting. Lagian, bau kimchi kan sehat, banyak probiotiknya, pikir gue mencoba menghibur diri.

Malemnya, gue sempet ngobrol sama resepsionis guesthouse yang lumayan fasih bahasa Inggris. Dia cerita tentang sejarah Hanok Village, festival-festival yang sering diadain di sana, dan... cerita hantu! Katanya, di salah satu rumah tradisional yang udah tua banget, sering kedengeran suara perempuan nangis. Ogah banget! Gue langsung merinding disko dan buru-buru cabut ke kamar. Tapi, ya namanya juga anak kos, udah bayar, masa mau pindah? Terpaksa deh tidur sambil komat-kamit baca doa.

Hanok Village: Instagram Surga, Dompet Neraka?

Keesokan harinya, dengan mata panda dan jantung yang masih deg-degan gara-gara cerita hantu, gue akhirnya menjelajahi Hanok Village. Dan... wow! Beneran cantik banget! Rumah-rumah tradisional dengan atap melengkung, dinding putih, dan halaman yang asri berpadu sempurna dengan jalanan yang bersih dan tertata rapi. Setiap sudutnya instagramable banget! Gue langsung kalap foto-foto kayak turis alay.

Tapi, di balik keindahan itu, ada juga sisi komersialnya. Toko-toko souvenir bertebaran di mana-mana, jualan gantungan kunci, kaos, magnet kulkas, dan pernak-pernik lainnya dengan harga yang lumayan bikin dompet menjerit. Belum lagi jajanan-jajanan kekinian yang harganya juga nggak kalah mahal. Dari sate gurita raksasa, es krim bantal, sampe teh herbal yang katanya bisa bikin awet muda (tapi harganya bikin tua!).

Gue sempet tergoda buat beli hanbok (baju tradisional Korea) dan foto-foto ala-ala putri kerajaan. Tapi, setelah ngeliat harganya, gue langsung sadar diri. Mending duitnya buat makan bibimbap yang beneran ngenyangin, pikir gue. Akhirnya, gue cuma beli beberapa souvenir kecil buat oleh-oleh keluarga dan fokus buat nyari makanan yang enak tapi nggak bikin bangkrut.

Bibimbap, Tteokgalbi, dan Makgeolli: Surga Kuliner yang Bikin Nagih!

Dan inilah bagian yang paling gue tunggu-tunggu: wisata kuliner! Jeonju emang beneran surga buat para pencinta makanan. Dari bibimbap yang legendaris, tteokgalbi yang juicy, sampe makgeolli (arak beras Korea) yang bikin anget, semuanya enak-enak banget!

Gue nyobain bibimbap di salah satu restoran yang udah terkenal banget di Jeonju. Katanya, resepnya udah turun temurun dari generasi ke generasi. Dan emang beneran enak! Nasinya pulen, sayurannya segar, dagingnya empuk, dan bumbunya pas banget. Rasanya pengen nambah lagi, tapi perut udah nggak kuat.

Selain bibimbap, gue juga nyobain tteokgalbi, yaitu daging cincang yang dibentuk kayak sate dan dipanggang. Rasanya manis, gurih, dan smokey. Cocok banget dimakan sama nasi anget dan kimchi. Gue juga nggak lupa nyobain makgeolli, arak beras yang warnanya putih keruh. Rasanya manis, asam, dan sedikit pahit. Enak banget diminum pas cuaca lagi dingin.

Yang paling absurd adalah pengalaman gue nyari jajanan kaki lima. Gue sempet nyasar di gang sempit yang isinya cuma ibu-ibu jualan makanan yang gue nggak tau namanya apa. Tapi, karena gue penasaran, gue memberanikan diri buat nyobain satu jajanan yang bentuknya kayak bola-bola kecil. Ternyata, rasanya aneh banget! Manis, asin, pedas, dan pahit jadi satu. Gue langsung mual dan buru-buru nyari air minum. Tapi, pengalaman ini justru jadi salah satu momen yang paling gue inget dari perjalanan gue ke Jeonju.

Lebih dari Sekadar Foto: Belajar dari Kehidupan yang Sederhana

Setelah beberapa hari menjelajahi Jeonju Hanok Village, gue sadar bahwa tempat ini lebih dari sekadar tempat wisata yang instagramable. Di balik keindahan bangunannya, ada sejarah dan budaya yang kaya. Di balik keramaian turis, ada kehidupan masyarakat yang sederhana dan ramah.

Gue belajar tentang pentingnya melestarikan tradisi, menghargai budaya lokal, dan hidup sederhana. Gue juga belajar bahwa kebahagiaan nggak harus selalu tentang kemewahan dan kemudahan. Kadang-kadang, hal-hal sederhana seperti makan bibimbap enak, ngobrol sama orang asing, atau sekadar jalan-jalan di perkampungan tradisional bisa bikin kita merasa bahagia.

Dan yang paling penting, gue belajar bahwa perjalanan nggak selalu harus direncanakan dengan sempurna. Kadang-kadang, nyasar dan melakukan hal-hal yang nggak terduga justru bisa membawa kita ke pengalaman yang lebih berharga. Jadi, buat kalian yang pengen liburan ke Korea, jangan cuma fokus ke Seoul dan Busan. Coba deh mampir ke Jeonju Hanok Village. Dijamin nggak akan nyesel! Siapa tau, kalian juga bisa nemuin cerita absurd dan konyol yang nggak akan pernah kalian lupain. Cheers!

Posting Komentar untuk "Nyasar Asyik di Jeonju Hanok Village: Lebih dari Sekadar Foto Instagramable!"